UNITED4D - Air mata Pasutri Busono Heru (60) dan Asiah (55) terus mengalir dan tak mampu dibendung saat peti jenazah anak mereka, Bripda Taufan Tsunami yang sudah berbalut bendera murah putih dilepas secara kedinasan dari rumah duka, Gang Ili Kampung Kranggan Wetan RT 02/01, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bekasi, Kamis (25/5/2017).
Baca Juga :
Tampak Asiah terus menatap jenazah putra kebanggannya itu. Selama proses persemayaman dan pemberangkatan jenazah dari rumah duka ke TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur, Asiah terus dipapah oleh suaminya.
Tidah hanya Asiah, kakak pertama Taufan bernama Iga Mawarni (35) dan adik bungsu Taufan, Denada Putri Pamungkas (19) juga tak kuasa menahan tangis.
Keluarga ini merasa syok dengan kepergian Taufan, anak kedua dari tiga bersaudara itu. Pasalnya keluarga sama sekali tidak merasakan firasat atas kepergian Taufan, anggota Sabhara Polda Metro Jaya itu.
Pagi itu, Rabu (24/5/2017), Taufan berangkat seperti biasanya dari rumah ke Polda Metro Jaya lalu ditugaskan di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur.
Nasib berkata lain, Taufan dan dua anggota Polri lainnya yakni Bripda Ridho Setiawan dan Bripda Gilang Adinata gugur saat tugas.
Mereka menjadi korban akibat serangan bom bunuh diri dari dua pelaku terorisme yang identitasnya sudah diketahui Densus 88 Mabes Polri.
Ledakan tersebut juga mengakibatkan 11 orang luka-luka yakni enam anggota Polri dan lima masyarakat sipil harus mendapatkan perawatan di tiga rumah sakit berbeda.
Kabar duka meninggalnya Taufan, diterima keluarga dari rekan Taufan sesama anggota Polri. Keluarga lalu menuju ke RS Polri untuk memastikan jenazah Taufan.
Tiba di Ruang Jenazah, benar saja, keluarga mendapati jenazah Taufan sudah terbaring. Hingga akhirnya dini hari tadi, Kamis (25/5/2017) jenazah dibawa ke rumah duka.
Di rumah duka, ratusan kerabat, keluarga, tetangga, hingga rekan-rekan Taufan terus berdatangan untuk memberikaan penghormatan terakhir pada Taufan.
Lantunan ayat suci Al-Quaran juga tidak ada putusnya bagi Taufan. Seluruh pelayat tampak larut dalam kesedihan. Mereka berkali-kali mengusap air mata.
Baik keluarga maupun rekan-rekan korban sama sekali tidak menyangga korban pergi dengan cepat. Terlebih Taufan baru tiga tahun menjadi anggota Polri.
"Keluarga terpukul dan tidak menyangka Almarhum meninggal begitu cepat. Baru tiga tahun atau sejak 2014 jadi Polisi," ujar Obing Riandi (51) paman Taufan saat ditemui di rumah duka.
Masih menurut Obing, Taufan merupakan anak kebanggaan keluarga karena hanya Taufan lah yang mengabdikan diri menjadi anggota Polri.
Sementara kakak pertamanya berprofesi sebagai wirausaha dan adiknya baru lulus sekolah.
Sementara kakak pertamanya berprofesi sebagai wirausaha dan adiknya baru lulus sekolah.
"Dari awal almarhum sudah cita-cita jadi Polisi. Saya ajak dia jadi anggota TNI tapi ditolak," terang Obing yang adalah anggota TNI AL berdinas di Mabes Cilangkap.
Ayah Taufan, Busono Heri (60) masih belum mau memberikan keterangan atas peristiwa yang menimpa Taufan.
"Saya masih syok dengan kejadian ini, mohon maaf tidak bisa bicara banyak," imbuh Busono Heri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar